Lihat ke Halaman Asli

Timnas U-23 Juara Sea Games Saya Tutup Akun Kompasiana

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan terlalu terpukau dengan kemenangan timnas U-23 dengan Kamboja dan Filipina. Itu hal biasa. Masih babak penyisihan. Selalu begitu dan akan terus begitu.

Saya kutip dari satu tulisan di kanal bola Kompasiana: “Prestasi sepakbola Indonesia selalu antiklimaks. Tim nasional sepakbola kebanggaan kita berkali-kali menyakiti hati penggemar akibat seringkali kalah di partai-partai puncak turnamen bergengsi, baik di level regional maupun internasional. Tampil menawan di laga-laga awal, begitu memasuki fase-fase krusial maupun menjajak partai puncak, para pemain kita seolah kehilangan kemampuan terbaiknya.”

Menyakiti hati? Ya, publik penggemar sepakbola Tanah Air terus-menerus disuguhi kekecewaan dan sakit hati karena timnas kebanggaannya minim prestasi. Ini yang selalu luput dari perhatian para penguasa di PSSI.

Ketika menpora membekukan PSSI, yang banyak dipersoalkan adalah nasib para pemain, wasit, tukang jualan, perangkat pertandingan, bahkan banyak lainnya yang menggantungkan hidup pada sepak bola tetapi tidak pernah dibahas rasa sakit hati pecinta timnas yang jumlahnya jutaan orang di negeri ini.

Itulah sebabnya saya sangat suka dengan kalimat Pak Jokowi saat menanggapi pembekuan PSSI: “Apakah kita hanya ingin ikut event internasional atau ingin prestasi? Kalau hanya ingin event internasional tapi selalu kalah, kebanggaan kita di mana?” Untuk membuktikan kebenaran ucapan beliau ini dan saya yakin benar, kita akan segera mengetahuinya dalam beberapa hari ini.

Pembuktian pertama akan dimulai nanti malam. Pesan saya, kurangi berharap banyak. Lawan Evan Dimas dan kawan-kawan adalah kesebelasan tuan rumah Singapura. Kalau bermain di kandang sendiri, tentu kita bisa sedikit yakin. Tetapi bertanding di negara orang membuat saya pesimis. Ini bukan masalah nasionalis. Statistik sudah banyak berbicara.

Bagaimana kalau menang? Baiklah, kita andaikan saja timnas mampu mengalahkan Singapura dan melaju ke semifinal. Lawan berikutnya adalah timnas Thailand. Pakar sepakbola di Kompasiana pak Achmad Suwefi sudah menulis data statistik. Total Timnas U-23 Indonesia bertemu sebanyak 6 kali sejak Sea Games 2001 Malaysia dengan torehan 1 kali menang dan 5 kali kalah, dengan koefisien gol memasukkan dan kemasukan (7-13). Secara statistik Timnas U-23 Indonesia memang kalah superior dibanding Thailand yang memang merupakan jagoannya sepakbola ASEAN.

Masih yakinkah anda? Kalau saya sih tidak. Sekali lagi ini bukan masalah nasionalis. Bukan masalah tidak cinta timnas. Ini masalah fakta. Sekali lagi fakta data statistik. PSSI memang sudah waktunya di reformasi total.

Bagaimana kalau Paulo Sitanggang dan kawan-kawan ternyata mampu menjadi juara Sea Games 2015? Saya akan tutup akun di kompasiana. Berarti saya tidak becus menulis sepakbola.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline