Lihat ke Halaman Asli

Perlu Tidaknya Sistem Zonasi pada PPDB

Diperbarui: 26 Agustus 2023   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perlu Tidaknya Sistem Zonasi pada PPDB yang didukung dengan Kesenjangan Sistem Pendidikan dan Infrastruktur di Tingkat Daerah

Kesenjangan sudahlah bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari kita. Mulai dari sosial hingga Pendidikan, banyak contoh nyata yang bis akita lihat di dunia nyata. Mall-Mall mewah, apartment, Gedung perkantoran mewah dimana-mana, tetapi tak jarang dibelakangnya terdapat rumah warga yang lingkungannya bisa dibilang jauh dari kata layak. Apalagi namanya kalau bukan kesenjangan?

Namun, sayangnya kesenjangan tidak hanya terjadi di ranah sosial, namun juga di ranah Pendidikan. Hal ini sangat disayangkan, karena seperti kata Najwa Shihab "Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan. Tanpa penddikan, Indonesia tidak mungkin bertahan" lalu bagaimana masa depan Indonesia jika system pendidikannya tidak merata?

Hal itulah yang sedang pemerintah coba atasi dengan sebuah program bernama 'sistem zonasi". Mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan system ini. Sistem Zonasi adalah system dimana penerimaan siswa didik di tentukan dengan jarak rumah dengan jarak sekolah. Sistem ini di sebut-sebut sebagai system yang tranparan dan membagi Pendidikan secara adil. Masalahnya, apakah itu benar?

Tidak dapat dipungkiri manfaat-manfaat dari terciptanya system zonasi memanglah memiliki banyak manfaat.

Berkurangnya status sekolah favorit, Dengan adanya zonasi, status sekolah 'favorit' pun berkurang. Karena zonasi meratakan jumlah pendaftar di setiap sekolahnya. Kesenjangan juga sering terjadi antara siswa/ siswi sekolah favorit dengan sekolah biasa. Maka, dengan adanya zonasi bisa setidaknya menghapuskan sedikit kesenjangan sosial tersebut.

Selain itu, zonasi juga diharapkan dapat menghapuskan apa yang kita selama ini sebut sebagai sekolah "favorit". Sehingga, diharapkan bahwa semua orang akan mendapatkan Pendidikan yang sama, kaya atau miskin.

Dengan dilakukannya system zonasi, masyaraat juga bisa mengurangi biaya, terutama di pengeluaran transportasi. Ini karen, jika system zonasi diberlakukan, jarak antara rumah dan sekolah bisa digapai hanya dengan berjalan kaki. Dan hal terseut juga bisa memudahkan orangtua dalam mengawasi kegiatan anaknya selama sekolah dan juga saat emergency.

Tetapi mari kita lihat menurut fakta pada kehidupan nyata. Pasalnya, kita semua tahu bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia masih belum merata. Jika saya berani berkata, jauh dari merata. Ketika orang ibu kota bisa menikmati sekolah yang nyaman dengan ruangan ber-AC tetapi orang di pinggiran kota hanya bisa menikmati angin dari jendela didalam  sebuah ruang kelas yang harus mereka gilir dengan beberapa kelas lainnya. Ketika anak di ibu kota bisa merasakan fasilitas computer, wifi, dan lain-lain, anak pinggiran bahkan kesusahan untuk sekedar mendapat internet.

Dengan fakta itu, logisnya, jika zonasi diterapkan, maka anak ibu kota akan terus mendapat Pendidikan terdepan, sementara anak pinggiran harus berjuang 2kali bahkan 3kali lebih keras untuk menggapai Pendidikan yang setara.

Selain itu, system sekolah favorit nyatanya hingga sekarang, sejak 7 tahun yang lalu Ketika zonasi diterapkan, masih belum bisa terhapuskan. Kenyataannya Ketika seorang murid ingin mendaftar ke sekolah yang lebih tinggi, ranking dari sekolah SMA nya terkadang masih di jadikan bahan pertimbangan. Sehingga jika kita kaitkan, maka zonasi bisa menjadi penghalang atas peraihan seorang murid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline