Karenamu Fa; batinku sibuk berdandan meski raga terdiam kaku, mataku gencar mencari meski kepala tertunduk bisu, lenganku ingin memeluk meski genggaman terasa beku. Bagaimana bisa bibirku melontarkan kata-kata yang tak perlu saat pribadiku adalah pemalu.
Karenamu Fa; aku tak kenal diriku sendiri, keramaian mengejek tingkah konyolku. Bagaimana bisa aku membiarkan punggungku berbicara saat aku benar-benar ingin menatap matamu.
Karenamu Fa; aku mengutuk diri sendiri, tanggal itu tak pernah kembali, hari itu tak akan terulang, kendati aku menangisimu dalam ruang kosong yang mentertawakanku.
Kamu kini ialah potongan ingatan yang tak ingin punah, selalu minta dijamah ketika sepi akan muntah. Aku yakin kata "seandainya" hanya sia-sia, waktu takkan mengizinkannya berfungsi. Kekacauan ini sebab tingkahku yang salah, karena padamu Fa; aku telah jatuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H