Lihat ke Halaman Asli

Yusuf Baktihar

Early Childhood Educator

Otak Anak Menyerap seperti Sponge, tapi Kok Susah Belajar?

Diperbarui: 20 Mei 2020   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita semua tahu bahwa kemampuan otak anak itu sangatlah menakjubkan. Mereka mudah menghafal sesuatu. Bahkan ada ungkapan,"belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu dan belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air. Ini menunjukkan bahwa kemurnian otak yang masih sangat segar itu berkemampuan tinggi. Apalagi dalam masa golden Age. Anak-anak akan sangat mudah belajar.

Di sekolah, cerita tentang anak-anak sangatlah berfariasi. Teori bahwa kemampuan anak itu menyerap seperti sponge juga sudah diketahui banyak orang. Tapi yang menjadi persoalan adalah, mengapa banyak anak yang memiliki masalah susah belajar? Tak jarang itu dialami oleh guru dalam proses belajar di kelas maupun orangtua ketika mengajari di rumah.

Kebetulan saya adalah orang yang memiliki masalah belajar. Sepanjang usia sekolah, saya adalah anak yang tidak berprrestasi. Malah cenderung berada pada posisi di bawah diantara yang lain. Bagaimana saya bisa bisa menjadi guru dengan masalah belajar seperti itu?

Bukan bidang saya untuk membahas fungsi otak secara mendetil. Saya hanya tahu fungsinya dari pengamatan di kelas dan perenungan terhadap otak saya sendiri. Penyebab saya susah belajar saat itu adalah pendeknya kemampuan fokus ketika di kelas. Ini terjadi juga pada kebanyakan anak.

Saya tidak bisa belajar di kelas sebagaimana anak-anak yang lain. Pikiran saya akan melayang kesana kemari sehingga materi yang diberikan guru tidak bisa masuk ke otak. Saya baru paham ternyata kemampuan otak saya itu tidak bisa bekerja maksimal dalam durasi lama. Berarti saya tidak bisa mengikuti kelas apapun.

Menyadari itu saya memilih belajar secara otodidak yang durasi dan waktu belajar bisa semau saya. Setiap hari saya menerapkan sistem pendidikan islam yang saya temukan di pesantren. Yaitu,sedikit yang penting istiqomah. Atau durasi pendek tetapi secara terus-menerus.

Saya membaca buku misalnya. Tidak lebih dari sepuluh menit saya akan berhenti terlebih dahulu. Sampai kira-kira sepuluhan menit lagi baru saya lanjutkan membaca. Ini saya lakukan bertahun-tahun ketika mendalami bahasa inggris. Setiap pagi dan tidak terlalu lama. Durasi pendek tetapi itu justru berhasil.

Bagi anak-anak di sekolah metode ini susah diterapkan. Karena kemampuan otak anak berbeda-beda. Tapi di rumah orang tua sangat berpotensi untuk mencobanya. Jika fokus anak sangatlah p

endek. Maka ada dua cara, latih kemampuan fokusnya atau sampaikan materi dalam durasi singkat dan terus menerus seperti saya.

Trainer Tumbuh Kembang Bayi dan Guru Preschool




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline