Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Republik Kata-Kata

Diperbarui: 23 November 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Republik Kata-Kata. Gambar oleh Alban_Gogh | Pixabay 

Bulan sabit menggantung di langit. Cahaya jatuh begitu murung. Dan puisi tak jadi kadung. Seorang anak muda lucu memaksakan diri memasang fotonya di samping seorang, yang di pundaknya banyak lambang-lambang. Kita terpaksa melihatnya di dinding sekolah, kantor-kantor. Ngakak kita telah habis

Ia sibuk dengan tampilan diri, memakai bermacam kosmetik agar selalu terlihat menarik. Blusukan di pasar becek, bertanya dengan pertanyaan yang tak perlu. Agar kosmetik tak cepat luntur, lalu ia membuka lowongan pekerjaan agar rakyat dapat mengadu. Maka rakyat pun menulis: Mas Pejabat, sosok siapa yang membuat kata-kata telah menjadi racun. Pertanyaan itu hanya menjadi gelembung sabun. Pecah, warna-warni, ditiup pecah. Anak muda ini memang ingin menjadi seperti aktor, seperti bapaknya yang pandai berakting, agar langkahnya selalu disorot kamera

Negeri ini adalah negeri matahari. Mudah terbakar. Makanya banyak yang suka es krim. Lidah mudah sekali panjang karena sering menjilat. Jalanan terbakar. Oleh perantau bertahun-tahun tak memberi kabar. Kampung halaman disimpan dalam pesan WA. Sedang kota diterkam macet dan polusi. Tiap hari menegakkan punggung hanya dengan semangkuk mie.

Kita tak ingat lagi pada gambar-gambar saat Pemilu. Siapa mereka tak penting. Lambung adalah ingatan yang selalu mengejar. Anak-anak merengek. Sekolah katanya ada peraturan baru. Jangan dibaca! Lihat, kegelisahan sedang antre. Nelayan-nelayan yang miskin. Katanya anak-anaknya akan diberi ikan dalam kaleng, yang ikannya tidak dibeli dari mereka. Musim-musim begitu lelah. Jatuh cinta begitu cepat, benci sekelebat kilat.

(Seseorang melukis sangat indah dengan air matanya)

Ada video di YouTube. Cara membenci, cara cepat kaya, cara menipu, cara tertipu, cara membuat cara-cara.

Namun, negeri harus terus berjalan. Juga kata-kata. Juga puisi. Selalu ditulis meskipun sepi pembaca.

***

Lebakwana, November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline