Aku mengenalmu lewat sejumlah kata
yang kaurangkai menjadi puisi
Setiap pagi kubaca
Seperti hening yang kering
yang hendak kausampaikan
Ini memang masih musim kemarau
Walau beberapa kota sudah turun hujan
(Bagaimana dengan tempat tinggalmu?)
Aku tidak tahu
Kau sedang bercerita pisau
atau risau
Kurasakan ada ngilu yang ngalir
Berharap kepada cinta
yang barangkali bisa hadir
Kita pun bertemu
Untuk merayakan kata-kata
Peluk yang tipis
Tapi dengan kehangatan yang tebal
Sebuah rangkaian kata
Ternyata dapat merangkum jarak
Semua kalimat menjelma puisi
Lalu kita berjanji
Menyambung peluk yang belum tuntas
***
Lebakwana, Oktober 2024