Aku meletakkan puisi di jendela
Menyaksikan dua helai daun gugur
Lalu bertambah lagi satu
empat, tujuh
dan lebih banyak lagi yang tak tercatat
Kulihat juga anak-anak bermain gembira
Dan merengek
Dan menangis
Karena ibunya sering menghitung-hitung
Adakah hari ini untuk mengisi lambung
Di jendela lain
Orang-orang bertengkar
Merasa dirinya paling benar
Berselisih bagaimana huruf harus
disusun
Tapi dilakukan secara tidak santun
Demi sebuah tempat duduk
Riuh orang bersilang kata
Menciptakan bahasa-bahasa
yang menciderai makna
Namun, sebuah puisi tak cukup
Melihat banyak jendela
yang lapuk menunggu suara ketuk
yang ada hujan di balik harapan
yang sepi
yang luka
Gelap
Diam
***
Lebakwana, Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H