Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Stasiun Kereta

Diperbarui: 8 April 2023   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi stasiun kereta. Foto oleh Muhamad Syahri Romdhon/ Kompas.com

Aku menunggumu di sini. Bangku peron yang asing. Orang-orang berlalu-lalang, yang juga tak kukenal.

Seseorang duduk sendiri, terlihat bimbang. Atau cemas? Mungkin ia akan menemui keluarganya. Atau barangkali juga, kekasihnya. Atau hanya ingin melakukan perjalanan yang jauh.

Dan seseorang lagi mengeluarkan hape. Melihat sebentar. Memasukkan lagi. Mengeluarkan lagi. Mengetikkan sesuatu. Menelepon. Tersenyum. Tertawa kecil.

Di sebelahnya tak peduli. Ia juga tenggelam dengan HP-nya. Sebelahnya juga. Di sana, berdiri sekelompok kecil. Bersenda-gurau, tapi tiap sebentar melihat hape.

Aku juga. Melihat hape, memasukkan lagi. Mengeluarkan lagi. Melihat berita, gambar-gambar, video, seperti berlari. Sulit kutangkap dalam pikiranku. Dan pesanmu lewat WA, kubaca berulang-ulang: "Jemput aku. Mungkin kereta tiba waktu malam."

Dan kini hari sudah malam. Stasiun masih ramai.

Juga suara-suara. Bergaung. Memberitahukan kedatangan dan keberangkatan.

Dari jauh terdengar peluit kereta. Bergerak memasuki stasiun. Perlahan, mendesis. Seperti tubuh tua memikul banyak beban. Begitu letih.

Lalu gerbong-gerbong menumpahkan penumpangnya. Menyeret barang bawaan. Bergegas agar cepat sampai di rumah. Mengeringkan peluh, melepaskan keluh. Atau berbagi rindu.

Mengeluarkan hape. Menghubungi keluarga. Atau memesan taksi online. Atau menebarkan pandangan, mencari-cari penjemputnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline