Telah banyak rasa manis kukecap, tapi itu hanya sampai di mulut. Sedang manis dirimu merasuk meresap, ciptakan kangen sedalam laut
Seberapa gemuruh mobil balap di lintasan pacu, tapi tak segemuruh saat berharap jumpa dirimu
Kata orang sinar matahari pagi menghangatkan, tapi bagiku senyum dan tatapan matamu lebih menghangatkan. Bahkan, aku takut kalau tiba-tiba matamu mengeluarkan api, membuat tidurku gelisah, panas-dingin, rindu tak berbalas bunyi
Kau tahu, menghadapi segala preman aku tak gentar. Namun, saat memegang jemarimu pertama kali aku begitu gemetar
Apakah lautan api akan kuseberangi? Tidak. Tapi samudera kehidupan akan kuarungi. Bersamamu, juga buah cinta kita nanti. Sungguh!
(Kugantungkan setangkai mawar, cokelat, dan sebukit rasa cintaku di dekat jendela kamarmu)
***
Lebakwana, Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H