Takada sesiapa.
Aku berharap ada kenangan yang tertinggal. Namun, hanya senyap yang menyergap. Masih kurasakan ruangan yang sedikit hangat. Mungkinkah ini sisa percikan bara yang kita letupkan beberapa waktu yang lalu.
Maksudku bukan kita, tapi aku.
Sebuah kecerobohan, atau mungkin juga kebodohan. Bila mengingatnya, kata maaf pun terasa konyol.
Awal mengarungi hidup bersama, kita menggunakan perahu yang rapuh. Benar-benar mulai dari nol. Aku gamang, sebenarnya. Sedikit saja angin badai, perahu kita oleng. Pecah.
Tapi kau menjadi sumber kekuatan bagiku. Tak kenal henti. Kesabaran, keikhlasan, juga dukungan semangat darimu.
Dan karirku menanjak. Aku dipindahkan ke kantor pusat. Tentu ada perubahan. Rumah yang bagus, kendaraan, juga gaya hidup.
Kita -- lebih tepatnya aku -- mengalami gegar sosial. Aku belum siap dengan perubahan gaya hidup yang begitu cepat.
Lalu aku berkenalan dengan dunia malam. Tentu juga Katy, May, Melati, Mawar, Bunga, dan nama-nama yang bisa membuat perutmu muntah.
Dan Katy, dia. Beda.
Aku mabuk.