Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Ketika Sebuah Puisi Dicurigai

Diperbarui: 22 Juli 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto oleh AndrewLozovyi/ Depositphotos 

Sebuah puisi menjadi terdakwa, setelah berjalan pada ribuan kata, diadili seperti ilmu eksakta, dinilai dengan angka atau ilmu sosial lainnya; seberapa besar berdampak curiga 

Puisi takkan menimbulkan amuk gelombang. Ia hanya sekadar topan di dalam gelas, riak sebentar, lalu diam dan tenang. Takmungkin juga menimbulkan kata berbalas-balas

Puisi tidak ingin memercikkan api, atau mengajarkan cara mengasah pisau belati. Kalaupun ada itu sebenarnya bukan puisi. Ia  hanya cara-cara menyiapkan peti mati. Untuk penulisnya sendiri 

Sejatinya puisi adalah jalan pelangi, jalan keindahan yang hakiki 

Puisi tak mengenal kata berpihak, dia hanya sebagai salah satu cara menyampaikan yang haq, meskipun ada sebagian orang napasnya tersedak

Puisi adalah cara memerdekakan hati. Tak berhitung-hitung, apakah orang harus memuji, mencaci, atau mungkin tak mengerti sama sekali 

Itu sebabnya puisi lebih memilih jalan sunyi, di mana orang-orang enggan melalui 

***

Lebakwana, Juli 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline