Apa yang bisa dikenang dariku. Kembang yang tak pernah kukirim, puisi yang tak pernah kutulis, atau lelucon yang tak mampu membuat kau tertawa.
Cerita-cerita perjalanan yang datar. Tak ada emosi yang teraduk-aduk, seperti saat kau menonton drama Korea.
Aku membayangkan, kau saat ini sedang duduk di depan laptop, dan tak satu pun huruf bisa kautulis. Apakah kau tengah teringat bangku B-19 dan B-20, bangku bioskop tempat duduk kita saat kita menonton film romantis?
Tapak tanganku basah karena keluar keringat dingin saat menggenggam tanganmu. Aku dapat merasakan deru nafasmu yang tak teratur. Kita tak peduli dengan jalan cerita film itu. Aku tahu. Aku tahu karena kita tak pernah menonton film itu. Namun, aku membayangkan itu semua.
Mungkin ada adegan seperti ini: kau merajuk karena aku terlambat menjemputmu pulang dari kantor. Atau aku lupa membalas pesanmu. Atau kita bertengkar untuk hal-hal yang sepele. Kemudian kita berdamai, tersenyum, dan menertawakan kebodohan kita masing-masing.
Di akhir pekan aku menemanimu berbelanja. Makan di restoran mewah, yang harga menunya membuat dompetku tercekik. Memuji perubahan warna rambutmu, pakaianmu yang selalu mengikuti mode terkini. Oh, ya, apa merek lipstick-mu?
Dan parfum yang kaupakai.
Hm, diam-diam kunikmati aroma yang menguar dari tubuhmu. Kubiarkan diriku sedikit mabuk. Kubawa wangi itu hingga pulang ke rumah.
Sesekali aku terkagum-kagum dengan buku yang baru selesai kaubaca, walaupun aku tak mengerti sama sekali. Mengetuk-ngetuk ikuti irama lagu Pop Barat yang kaunyanyikan, yang membuat sakit kepalaku. Aku hanya suka lagu-lagu dangdut.
Begitu banyak hari-harimu mengisi ruang kepalaku. Tapi adakah yang bisa dikenang dari diriku?
Kadang aku berpikir kenapa ada cerita-cerita dongeng yang ditulis HC Andersen. Cerita pemuda dari desa, miskin, mempersunting putri raja, karena ia telah berhasil menolong Sang Putri dari mantra-mantra Nenek Sihir.