Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Risalah Puisi

Diperbarui: 12 April 2021   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Gambar oleh Jason Mingus/ Pinterest 

Kemudian puisi, takmungkin meninggalkan kata. Pada makna yang telanjang, atau berupa bayang-bayang. Beterbangan ke antero tepi bumi, langit, dan di antaranya. Geliat jasad renik dan yang meraksasa. Berpacu di padang sabana, menyelam ke luas samudra, juga berkoloni menghitam bergerak di angkasa. Daun, rumput, bunga-bunga. Ombak di segelas air, serta membadai menjadi bah menggulung kota. Kendara, lampu-lampu, teknologi, desa, kota, ramah dan marah. Hitam, putih, biru, dan ngilu. Tangis bayi, mata bocah, mata yang merah, geraham yang gemeretuk. Cinta, benci, rindu yang amuk

Dan lainnya, dan lebih banyak lagi, takmungkin terbaca semuanya 

Puisi berusaha memeluknya. Sebisanya

***

Lebakwana, April 2021 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline