Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Puisi: Dari Jendela Rumah Tua

Diperbarui: 22 Maret 2021   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jendela tua (Sumber: pixabay.com)

Entah sudah berapa lama debu ini melekat di kaca, gorden yang lusuh, menyimpan banyak guratan peristiwa 

Pernah dalam suatu masa, rumah ini penuh gelak tawa, ruang keluarga penuh dengan cerita, mimpi-mimpi berharap akan sampai pada alamat. Tentu, air mata juga ada 

Kini rumah begitu sunyi, anak-anak tumbuh dewasa menyusuri jalan nasib masing-masing, tak ingat lagi rumah di mana dulu belajar menapakkan kaki, jatuh, menangis, sapaan yang lembut, dan doa-doa yang bisa menembus kabut 

Rumah tua itu masih berdiri, ditopang doa-doa yang bergetar, siapa tahu ada langkah-langkah kaki anak-anaknya, memeluk, bertanya kabar 

Entah sudah berapa lama debu ini melekat pada kaca, tangan perempuan yang keriput terlalu gemetar untuk membersihkannya 

Dari kaca buram, masih bisa juga memandang keluar, sesekali gorden tersingkap, menunggu suara-suara 

Adakah itu suara tapak kaki anaknya? 

***

Lebakwana, Maret 2021. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline