Cerita-ceritamu terhalang oleh kabut. Bulan pun tak singgah di depan jendela. Di sana, pebukitan seperti raksasa hitam. Seperti ada yang disembunyikan, dari lolong anjing hutan atau luka yang lama terpendam
Barangkali takada lagi yang harus dipercakapkan. Mungkin lebih baik menyalakan televisi. Tapi televisi tampaknya sedang bersiap-siap memesan peti mati
Pun koran-koran, sebentar lagi menuliskan namanya sendiri di batu nisan
Atau sebaiknya membawa secangkir kopi dalam mimpi, siapa tahu bisa menjadi Bandung Bondowoso; 'abrakadabra', membuat seribu rindu dalam semalam. Tapi riuh rendah rasa enggan, juga dendam dan ragu, kau batal menjadi rindu yang keseribu
Pagi-pagi kau terjaga. Tidak berubah menjadi apa dan siapa. Hanya matahari pagi menyapa di beranda
Hai, cinta!
***
Lebakwana, November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H