Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Anak Panah

Diperbarui: 5 November 2020   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto oleh Renan Lima/ Pexels. 

"Buatlah KTP, kini saatnya kau menjadi anak panah," kata Emak di perbincangan malam. Bulan tertutup kabut 

Aku pergi ke rumah Pak RT. Kataku, "Beri aku kata-kata. Kata Emak aku akan jadi anak panah."

Lalu aku ke Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan: difoto, dan ditanya nama

Aku anak panah, jawabku 

Di rumah Emak mempersiapkan bekal untukku. Sebungkus nasi, doa, dan pelukan yang basah. Air mata 

Jejakilah tanah rantau, agar kau belajar arti umpama dan jikalau, menimbang ragu menakar bimbang, di mana berkata 'ya', ke mana pula harus menempatkan 'tidak', bertemu jalan simpang, bersua ombak yang bergelombang 

Tapi di jalan riuh dengan putus asa 

Gerbang-gerbang sekolah banyak menumpahkan ijazah, anak-anak panah majal kurang terasah 

Aku gamang. Tapi pantang surut sebelum melangkah. Sebagai anak panah aku berusaha melesat jauh, hingga kakiku membawa ke negeri entah 

Di pintu, Emak cemas menunggu, tak putus dengan doa-doa yang menderu

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline