"Buatlah KTP, kini saatnya kau menjadi anak panah," kata Emak di perbincangan malam. Bulan tertutup kabut
Aku pergi ke rumah Pak RT. Kataku, "Beri aku kata-kata. Kata Emak aku akan jadi anak panah."
Lalu aku ke Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan: difoto, dan ditanya nama
Aku anak panah, jawabku
Di rumah Emak mempersiapkan bekal untukku. Sebungkus nasi, doa, dan pelukan yang basah. Air mata
Jejakilah tanah rantau, agar kau belajar arti umpama dan jikalau, menimbang ragu menakar bimbang, di mana berkata 'ya', ke mana pula harus menempatkan 'tidak', bertemu jalan simpang, bersua ombak yang bergelombang
Tapi di jalan riuh dengan putus asa
Gerbang-gerbang sekolah banyak menumpahkan ijazah, anak-anak panah majal kurang terasah
Aku gamang. Tapi pantang surut sebelum melangkah. Sebagai anak panah aku berusaha melesat jauh, hingga kakiku membawa ke negeri entah
Di pintu, Emak cemas menunggu, tak putus dengan doa-doa yang menderu
***