Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Jejak Puisi pada Jejak-jejak

Diperbarui: 22 Oktober 2020   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Foto oleh Maksim Goncharenok/ Pexels 

Kutulis ini pada setiap lintasan waktu, saat subuh mengirimkan gigil, hati bergetar ketika azan memanggil; siang, menceritakan jalan yang pecah, mengukur jalan gundah, orang-orang yang taksabar; malam, membaca ulang mimpi yang padam, mencumbu hening agar bisa membaca ulang jejak secara bening 

Daun, bunga, pepohonan; kebun dan sawah ladang; ikan dan segala hewan air, binatang ternak, burung-burung dan semua yang terbang; yang liar dan yang jinak

Jalan lurus, berbatu, ngarai, lembah, perbukitan dan puncak gunung; sungai, danau, dan lautan; gurun, stepa, tundra, dan sabana; hujan, kemarau, serta guguran salju 

Keberangkatan serta kepulangan, selamat datang dan selamat tinggal, percakapan riuh dan sunyi

Tawa, cinta, air mata, dan drama yang menyertainya 

Bumi, langit, dan segala isi

Kata-kata biasa, lugas, maupun penuh metafora 

Puisi merekamnya. Hitam putih, dan banyak warna 

Dengan kata amuk, luka, dan seribu rasa cinta 

***

Lebakwana, Oktober 2020. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline