Sekelebat kulihat punggung Puan, berpayung, masuk dan menaungi mimpi-mimpiku
Katamu Puan, "Tak baik mimpi-mimpi itu selalu hujan. Setiap orang punya kesedihan sendiri-sendiri, yang mungkin lebih sedih dari kita."
Suara Puan bening telaga, menyelusup
Entah kenapa tetiba bayangan Puan ada di mana-mana: Di papan reklame yang meraksasa, mainan cahaya dari lampu-lampu sepanjang jalan, pada gerak langkah, di setiap denyut nadi dan aliran darah
Dan kini bersembunyi di balik cermin, misterius, seperti memasuki lorong-lorong labirin, menuju tangga sebuah istana
Puan, bidadari kah engkau?
Dirimu, bidadari, kurasa tak ada bedanya
***
Cilegon, Agustus 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H