Hobi saya main twitter. Macam-macam saya tulis di sana. Kadang saya tulis soal remeh-temeh, lain hari saya membaca komentar politisi yang aneh-aneh. Tak jarang saya menjadi edan mengomentari tulisan netizen yang tak kalah sintingnya.
Suatu saat nanti, siapa tahu saya bisa menjadi Presiden. Bukankah sudah ada kejadian, seorang yang hobi main twitter bisa menjadi Presiden? Barangkali saja saya menjadi orang berikutnya.
Sebenarnya saya ingin menjadi chef. Ah, tidak. Bagaimana kalau seorang pemain bola? Atau pembalap, perenang, pemain basket? Mungkin lebih baik saya menjadi penonton saja.
Bagaimana kalau menjadi binatang? Sekarang banyak orang berubah menjadi harimau, serigala, dan tikus. Ya, tikus. Lebih baik menjadi tikus, karena sekarang kucing-kucing takut dengan tikus. Banyak kucing yang menjadi pesuruh tikus.
Bagaimana menurut dokter?
***
Lelaki yang dipanggil dokter itu memandang dua orang yang duduk di hadapannya. Satu lelaki muda, usia sekitar 35 tahun. Berpakaian lusuh, wajah pucat, tatapannya kosong.
Di sampingnya duduk seorang perempuan, mungkin lebih muda sedikit. Juga berpakaian lusuh.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sebuah ruangan yang tak layak disebut sebagai klinik pengobatan. Kotor, bekas kardus-kardus obat berserakan. Jarum suntik dan ranjang besi untuk pemeriksaan yang karatan.
Dokternya sendiri tak kalah aneh. Baju prakteknya sudah berwarna kekuningan. Tangan dan lehernya penuh tato.