Kucing Hitam.
Jam 03:00 dini hari. Amri merapatkan jaketnya. Ia memantikkan korek api gas pada rokok yang terselip di bibirnya. Perlahan ia menjalankan angkotnya keluar dari area Pelabuhan Merak, menuju arah Cilegon. Lumayan, dapat tujuh penumpang.
Sebenarnya ia sudah dapat uang setoran angkot, dan ada kelebihan untuk dibawanya pulang. Sekarang ini hanya untuk menambah saja.
Baru sampai daerah Gerem sudah turun tiga orang, masing-masing membayar lima ribu. Memang segitu ongkos jarak dekat. Mudah-mudahan empat orang sisanya ini turun di Cilegon, karena ongkos ke Cilegon saat malam hari sepuluh ribu.
Tapi tidak. Sampai di Tegal Wangi keempatnya turun. Untunglah masing-masing bayar sepuluh ribu.
Amri lega. Sudah lebih dari cukup uang yang dibawanya pulang, untuk keperluan belanja dapur istrinya. Ia pun memacu angkotnya ke arah Cilegon, karena subuh nanti mobil akan dibawa Ipul. Mereka berdua bergantian.
Suasana masih sepi.
Amri membawa kendaraannya lebih kencang lagi. Saat angkotnya melintas dekat daerah Grogol, sebuah bayangan hitam seperti menyeberang.
Amri terkejut. Dan ia tak dapat menghindar lagi. Angkotnya sedikit terlonjak, seperti melindas sesuatu. Ada bunyi melingking.
Cepat, ia menghentikan angkotnya. Wajahnya mendadak pucat. Apakah tadi ia menabrak seseorang?