Kumaklumi kopi pagi ini begitu pahit. Bukan kau terlupa menaburkan gula, tapi banyak jalan yang dilalui dengan mengingat rasa sakit, hingga kita tak menyadari bahwa sebenarnya pagi selalu dibuka dengan rasa manis, tapi kita lebih sering membaca jantung yang teriris
Banyak air mata sebagai bahan cerita, tapi tidak semua cerita musti disampaikan dengan berurai air mata. Bola mata yang tergenang, bisa terlihat indah bila dikenang
Berjalan memang harus sampai ke batas, tapi mengapa harus bersedih bila terhenti di tengah tak sampai tuntas. Banyak perigi untuk melepaskan dahaga, namun kita sering menyigi yang jauh di depan mata
Pagi akan selalu berganti siang, dan mungkin ada yang kurang saat sampai di rembang petang. Sebentar kemudian kita akan dipeluk malam
Malam adalah tempat menafsirkan cinta secara hening, mengumpulkan kembali mimpi yang berserak dengan cara pandang baru yang lebih bening
Dan esok kembali menyambut pagi dengan hati yang jernih, penuh cinta bertaut saling
***
Cilegon, Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H