Aku tak ingin mengirimkan mendung ini dalam bola matamu, seperti halnya beberapa kali aku menahan gerimis agar tak menjadi hujan di kesendirianmu. Cukuplah menjadi larik dari puisi-puisiku
Tapi, maaf, terkadang aku memenggal senja dalam sajakku. Membenamkan dalam ingatanmu. Jangan salah sangka, tak ada maksudku meninggalkan jejak lebam. Tapi kamu harus tahu, sesekali kebersamaan itu membutuhkan cahaya temaram. Dan kita dapat saling membaca getar, juga indahnya debar. Di kegelapan
Sedang apa kamu saat ini
Memandang keluar lewat jendela kamarmu, yang kacanya mengembun tersebab hujan semalam, membuat gambar-gambar, atau menghitung-hitung garis keraguan. Atau sedang berbaring, menutup wajahmu dengan novel, yang selalu tak pernah selesai kau baca, atau membayangkan adegan percintaan entah di halaman berapa
Sedang diriku mungkin sedang menghisap rokok yang ketiga ( yang pabriknya menulis, 'dapat membunuhmu' ), atau juga sedang membaca novel seperti dirimu, membayangkan dan merangkumnya dalam sebuah sajak
Ini
***
Cilegon, Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H