Panggil aku mawar. Tapi kau lupa saat aku wangi semerbak. Kau mengingatku hanya sebagai yang mempunyai duri
Aku kenangan. Tapi kau mengingatku tentang masa-masa lalu yang kelam
Aku adalah teori-teori bagaimana untuk saling cinta, tapi engkau membacaku sebagai sesuatu yang pantas untuk patah hati
Kau menyebutku rindu, tapi kau pula yang mengenalkan aku kepada pilu
Aku cinta, tapi kau menuduhku sebagai pembuat bara
Aku takut mengenalkan diriku sebagai pelangi, karena kau mengenangku sebagai hujan yang menenggelamkan
Aku drama Romeo dan Juliet, tapi kau menyesali aku mati berpelukan dalam kubur
Aku kawan. Tapi kali ini aku tak berani sedih, walau kau meninggalkan
Aku air mata
Masihkah kau tak terima, itu hartaku satu-satunya yang aku punya
***
Cilegon, 2019