Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Engkau Hujan, dan Aku Kenangan

Diperbarui: 6 Mei 2019   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhirnya kita bersetuju memilih peran. Engkau menjadi hujan dan aku menampung kenangan

Maka kau merayu awan, untuk berkumpul merayakan pesta gembira melupakan kesendirian. Seperti yang kau harapkan, mereka bertengkar bergesekan. Kemudian ada ledakan. Di saat itulah kau menjadi titik-titik air dengan jumlah yang tak terbilang. Engkau turun sebagai hujan

Dan aku, sebagai kenangan, berlarian menampung dirimu. Aku memilah-milah, apakah ini air jatuh dari atap, atau mengalir dari seorang perempuan yang sedang meratap

Kau bermanis-manis dengan matahari, meminta bantuan membuat garis indah. Dari titik akhir hujan hingga ke ujung awal kenangan. Aku terpukau dengan pelangi

Tapi kemudian kita bertengkar

Kau ingin menjadi novel romansa, didekap sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Aku sendiri hanya ingin menjadi dongeng pengantar tidur jelang lelap mata

Kau tetap dengan pendirianmu, dan aku kukuh dengan pandanganku. Tak ada yang bersedia mengalah. Akhirnya kita bersepakat melebur menjadi puisi

Inilah puisi itu

Cilegon, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline