Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tuah

TERVERIFIKASI

Penikmat kata

Puisi | Membaca Kisah Perjalanan dari Perempuan Pejalan

Diperbarui: 23 April 2019   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini dia membawa senja. Anak-anak bermain ombak, kapal, juga dermaga. Ia berpacu agar bisa mengerat matahari sebelum lesap di ujung Manokwari

"Ini fotonya. Indah, bukan?"

Di lain hari ia bercengkerama dengan biksu di Wat Ratchaburana. Menyusuri Chiang Mai. Juga bersampan di Pasar Terapung Damnoen Saduak  ( coba ceritakan juga lampu-lampu di Bangkok )

Mungkin ia ingin menjadi Indiana Jones. Atau menjadi tokoh dalam novel Jules Verne, bertaruh dan bertualang mengelilingi bumi selama 80 hari, seraya menyingkirkan, mungkin, ada duri yang tertancap di hati. Atau barangkali ada mimpi lain yang ia cari

Tapi dia juga seorang pendekar wanita. Habis suara karena memekik. Gelisah dengan ozon yang tercabik ( Kutub Utara yang mencair mudah-mudahan tak mengganggu tidurnya

Yang pasti dia seorang ibu, yang anaknya selalu menunggu dihujani seribu rindu

L e y a  C a t t l e y a

Esok, ke mana pun negeri akan kau jejaki

Tinggalkan ceritamu di sini

Cilegon, 2019

Catatan. Puisi ini terinspirasi setelah membaca artikel-artikel perjalanan yang ditulis Leya Cattleya. Namanya pun menjadi bagian larik puisi. Selebihnya hanya interpretasi saya, yang boleh jadi sangat subjektif. Tak ada maksud apa-apa. Itu hanya menambah warna puisi. Kepada Mbak Leya Cattleya, maaf, kalau kurang berkenan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline