TROUBLE MAKER
Setiap anak memiliki banyak potensi yang luar biasa, tergantung bagaimana orang tua mengasah dan mengasuhnya. Anak memiliki berbagai harapan dan keindahan didalamnya, akan tetepi anak bisa berubah menjadi Trouble Maker apabila pengasuhan yang keliru, kondisi lingkungan buruk, dan lain sebagainya.
Trouble Maker atau perusak suasana kelas, istilah lainnya adalah siswa yang bandel (nakal) suka membuat gaduh dikelas dengan berbagai macam cara mulai dari mengajak ngobrol temannya saat guru menjelaskan materi pelajaan, tidak mengerjakan PR, suka usil kepada temannya dan membuat nangis temannya dan lain sebagainya. Kasus semacam ini lazim terjadi di kelas, baik itu tingkat SMA, SMP, maupun SD.
Lalu, bagaimana seorang guru didalam mengatasi masalah tersebut?
Sebelum melangkah lebih jauh maka seyogyanya seorang guru mencari dulu akar permasalah penyebab si anak tadi bersikap seperti itu (trouble maker).
Ada bebarapa factor penyebabnya, diantaranya kurangnya perhatian dan kasih sayaing orang tua. Kekurang perhatian dan kasih sayang orang tua bisa disebabkan orang tua yang terlalu sebik sendiri, perceraian, dan lain -- lain.
Sikap negatif yang ia tunjukkan sebenarnya karena ingin mendapat perhatian. Ia akan mengulang-ulang kesalahan dan tak peduli meskipun orang lain (guru) marah kepadanya, karena dari cara inilah ia diperhatikan lebih.
Sebagai contoh pengalaman saya beberapa tahun yang lalu juga pernah menghadapi anak yang seperti itu. Ayahnya menikah lagi, ibunya ada diluar negri. Dirumah hidup dengan ayah dan ibu tirinya.
Anak tersebut hampir dipastikan selalu buat usil (jahil) baik itu teman didalam kelas maupun diluar kelas terhadap anak-anak lain kelas. Sikap jahilnya itu bahkan mulai dari kelas 3 dibawa terus sampai kelas 6.
Pengalaman saya ketika menghadapi anak tersebut didalam kelas ketika anak tersebut berulah, yang sering saya lakukan adalah selalu memanggilnya, contoh, abidah yang cantik....hayo sini hadapnya. Ketika si anak lagi usil atau ngobrol sama temannya.
Sebenarnya anak tersebut nurut dan takut sama bapak ibu gurunya, jadi ketika ditegur seperti itu saja sudah diam, walau Cuma bebarapa saat nanti berulah lagi, dan cara saya juga begitu terus.