Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Melihat Angin

Diperbarui: 5 Desember 2024   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kamu tak dapat melihat angin, Syauki ingin berkata, dan dia juga tak dapat melihat apa yang akan terjadi.

Dewi selalu punya cara untuk mengelak ketika Syauki bertanya bagaimana keadaannya, karena Syauki perlu diberi tahu.

Masalah dengan pengabdian, dengan cinta buta tanpa syarat, adalah kamu tak dapat melihat apa pun. Buta.

"Syauki, sudah waktunya. Ini benar-benar berakhir. Aku meninggalkanmu," katanya sambil memegang erat gin dan toniknya.

"Tapi ... kita bisa membicarakannya lebih awal, kita mungkin bisa menyelamatkan ini kalau saja kau ..."

"Dengar, tak perlu saling menyalahkan dengan jika dan tetapi sekarang, baiklah, sudah kukatakan ini sudah berakhir."

Dewi meletakkan G&T dan pergi ke kamar tidur.

Syauki mengikutinya dan memperhatikannya menarik tasnya yang sudah dikemas dari bawah tempat tidur, mengangkat tasnya, lalu mendorongnya melewatinya dan keluar ke garasi dan menyusuri jalan masuk dan ... pergi ke mana entah.

Syauki berdiri di tepi jalan masuk rumah mereka, menghadap ke jalan tempat SUV merah itu menyalakan lampu sein hijau dan kemudian menghilang.

Angin barat bangkit berkelok-kelok di antara pepohonan tangkira dan menaburi wajahnya dengan serbuk sari tipis-tipis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline