Dia duduk telanjang di lantai kamar rumah sakitnya, lututnya ditarik ke dagunya, bergoyang maju mundur. Baju rumah sakitnya, robek. Ujung jarinya, merah dan berdarah karena memasukkan kain ke dalam lubang imajiner di dinding.
Pintu kamarnya berderit dan terbuka. Tumit sepatu dokter berbunyi klik di lantai beton saat dia berjalan ke. Dokter memanggil namanya dengan lembut.
Gadis itu melihat ke bayangan di dinding.
"Jangan buat aku melakukan ini lagi, Ibu."
***
Di gudang rumah mereka, kulkas itu terlentang seperti peti mati putih dan krom. Pintunya terbuka, siap melahap.
"Jangan buat aku memasukkanmu ke dalam kotak lagi, gadis kecil," ayahnya memperingatkan.
Begitulah yang dialami gadis itu setelah ibunya tenggelam saat mencoba menyelamatkannya.
Seorang putri yang tidak diinginkan ayahnya. Seorang anak umur empat tahun. Persaingan yang tak tertahankan untuk mendapatkan kasih sayang. Sekarang, kenangan tentang kehilangannya.
Lubang-lubang yang dibor di sekeliling sisi kulkas memberi gadis itu cukup udara untuk bertahan hidup selama berjam-jam dikurung jika dia berbaring diam. Mulutnya menempel di lubang.