Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Bahkan Tidak Juga Cinta

Diperbarui: 8 November 2024   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku mencintainya. Aku sangat mencintainya, tetapi perbedaan budaya kami sangat besar.

Ada lautan dalam yang memisahkan kami. Kami mencoba menjembatani jurang tersebut. Kami mencoba membiarkan cinta kami menciptakan tempat yang indah dan menyenangkan. Tetapi orang-orangku dan orang-orangnya menentang kami.

Dia benar-benar aneh. Dan itu bukan hanya dia. Itu semua orangnya.

Pertama, bagian atas tubuhnya biasanya tidak berpakaian. Semua wanita dalam budayaku menutupi tubuh dari kepala hingga kaki dengan bulu. Kurangnya kesopanannya sangat mencengangkan. Dan ada rambutnya. Rambut merah panjang yang terurai.

Apakah aku sudah menyebutkan bahwa wanita di tempat asalku menutupi kepala mereka dengan bulu?

Dan ada nyanyian dan pembicaraannya. Tidak ada habisnya. Dalam budayaku, kami terkadang berteriak karena lapar atau ketika memulai perburuan. Kami tidak pernah berbicara dan kami tentu saja tidak bernyanyi. Dan kami tinggal di lingkungan yang berbeda. Dia tinggal di tempat yang terus-menerus basah dan punyaku kering penuh es. Namun, yang paling membedakan kami adalah separuh ikan di bagian bawahnya. Separuh potongan makanan yang lezat. Kalau bukan aku yang memakannya, maka seseorang di komunitasku akan memakannya.

"Selamat tinggal putri duyungku sayang," aku meraung. "Kita tidak akan pernah bisa bersama."

"Selamat tinggal beruang kutub sayang," katanya. "Aku mencintaimu."

Dan dia berenang untuk jatuh cinta pada seorang pria duyung. 

Aku menangis dan angin dingin membekukan air mataku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline