Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Kicau Persembahan

Diperbarui: 19 September 2024   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kamu menunggu fajarku saat langit dipenuhi cahaya putih susu dan nada stakato yang manis merdu.

Dan menawarkanku kicauan burung pagi.

Begitu kakiku bekerja, kita berjalan di tanah ladang yang lembap untuk mendengarkan langit. Tanganku yang kecil terlipat di tanganmu yang tebal dan pendek. Dengarkan, katamu, tahun demi tahun.

Kicau pertama burung kedasih!

Dan hari-hari panjang masa kanak-kanakku dan kicauan burung terbentang sepanjang musim seperti halaman-halaman buku bergambar.

Burung-burung dan suaranya, kamu persembahkan sebagai hadiah: kicauan burung hitam di pagi hari. Burung branjangan tinggi di atas gumuk pasir. Ekor burung srigunting yang menjungkirkan air kolam. Angsa pucat melesat ke selatan. Lagu musim hujan burung bulbul yang melankolis.

Aku pikir akan selalu seperti ini: kamu tidak memperingatkanku bahwa kamu akan pergi. Gubuk pantai yang ditutup selama musim hujan masih di sana, tetapi terkunci.

Lihat Ayah, burung apa itu? 

Kamu membuka matamu dan perlahan menoleh. 

Seekor burung pipit, katamu tanpa ekspresi, dan memejamkan mata lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline