Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Orang Asing

Diperbarui: 16 September 2024   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Setelah semalam menderita karena tidur di bangku taman dan jari-jari kaku karena rematik, sia pergi ke pasar. Pot-pot tanaman gantung berayun seperti dupa pemujaan dan dia menyandarkan sepedanya yang reyot di dinding gardu ronda.

Dengan kaki telanjang dan celana panjang yang diikat tali rafia, dia berjalan ke kios tetangga, menimbang-nimbang apel sambil melirik kagum, menggigit kacang dan menyelipkan sebatang rokok kretek tanpa filter di belakang telinganya.

Bersandar di meja lapak, dengan rambut disemir warna elektrik dan kacamata bundar besar, dia mengedipkan sebelah mata pada orang yang lewat dan bertanya dengan nada ramah orang udik masuk kota, "Apa yang bisa saya bantu hari ini?"

Mengambil alpukat, ia menggulungnya di telapak tangannya dengan lembut, seolah-olah merasakan bentuk dirinya yang dulu.

"Simpan saja, teman," kata pemilik kios.

Pria itu mengangkat topi imajiner dan berjalan mundur, membungkuk dan menyenggol hingga berhenti di deretan sepatuku. Dia mencoba sepasang sandal kulit. Sandal itu pas sekali. Dia membalik sakunya dan bernyanyi.

"Secantik dirimu, gadisku yang ayu,
Begitu dalam cintaku,
Dan aku akan tetap mencintaimu, sayangku,
Sampai lautan mengering beku."

Aku berkata, "Ambillah."

Kembali mengendarai sepedanya, dia berdoa semoga cuaca baik untuk kami, meniupkan sekecup ciuman dan menghilang di balik pepohonan. Kembali ke negeri tukang reparasi dan pengembara serta lelaki-lelaki yang pandai berbicara di Tempat Lain.

.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline