Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Terima Kasih dan Putus Asa

Diperbarui: 2 Juli 2024   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Marini berjalan hingga ke sebuah pondok kecil dan mengetuk pintu.

"Saya harus datang dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Jika bukan karena Anda, anak saya pasti sudah meninggal sekarang."

Poniran berdiri di ambang pintu dan menatap wanita yang tampak lelah itu. Dia mendorong bocah itu ke samping saat ban depan sebuah mobil yang melaju kencang pecah, menyebabkan kendaraan tersebut tidak terkendali.

"Ibu tidak perlu terus-terusan berterima kasih kepada saya. Saya hanya melakukan apa yang dilakukan kebanyakan orang."

"Oh, tidak. Tidak banyak yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain."

Tiba-tiba ada butir air mata di pipi Marini.

"Saya belum memberitahu orang lain, tapi minggu lalu dokter mengatakan bahwa Idang hanya punya waktu enam bulan untuk hidup. Anda mengembalikan nyawanya hari ini, dan betapa saya berharap Anda bisa melakukannya lagi. Andai Anda bisa. Menurut Anda, apakah...?" Marini membiarkan pertanyaannya menggantung.

"Tidak, Bu, maafkan saya." Itu adalah satu-satunya hal yang terpikir oleh Poniran untuk diucapkan, ketika Marini berbalik dan mulai berjalan kembali ke kota, pulang ke putranya.

Cikarang, 2 Juli 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline