Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

CMP 152: Makan Malam Mewah

Diperbarui: 30 Juni 2024   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Malam Minggu kamu menikmati scampi udang. Kamu tidak akan melihatku. Aku mengenakan pakaian jaga, berdiri di wastafel dapur restoran, mengikis lemak piring kotor atau membilasnya untuk dimasukkan ke dalam mesin pencuci piring. Giliran kerjaku dimulai satu jam sebelum kami buka untuk makan malam. Aku bertanggung jawab untuk mengatur tirai jendela, membuat kopi, menata meja.

Restoran kami jelas merupakan restoran kelas atas. Meski mewah, makanan kami harganya tidak terlalu mahal. Kalau kamu menganggap pramusaji satu atau dua kasta di bawahmu, kemungkinan besar kamu akan menempatkanku lebih rendah lagi.

Oh, dia hanya pencuci piring yang bodoh.

Ya, aku punya dua gelar sarjana. Aku tidak bisa menyetir, dan ini adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa kudapatkan dekat rumah. Aku sudah bekerja di sini selama sembilan tahun, lebih lama dari chef kami mana pun.

Lama setelah kamu menyesap anggur terakhirmu, dan mereguk habis sorbet lemonmu, aku akan sangat sibuk di dapur.

Piring bersih harus disingkirkan. Sampah harus dibawa keluar. Lantai dapur menunggu untuk disapu dan dipel.

Tip darimu membantu pramusaji yang melayanimu bertahan di masa-masa sulit ini. 

Aku? Aku terpaksa bertahan hidup tanpa tip, darimu atau orang lain. Kekuatan super apa pun yang aku miliki, berasal dari dalam, kok.

Cikarang, 30 Juni 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline