Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Berganti Musim

Diperbarui: 12 April 2024   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Berakhirlah kematian sungai, ketika seorang anak kencing di debu yang seharusnya menjadi tanah subur selimut bunga liar yang berserakan dan ditinggalkan untuk nelangsa layu. Cinta berakhir di trotoar kotor, hening bergeming. Tak ada ilalang jalang yang terlihat dirudapaksa burung untuk infrastruktur sarang. Kita mabuk sangat mabuk nyaris tak mampu mencapai rantai saklar lampu.  Maka bersenandunglah: Jika musim berganti meniup angin sedingin kulit ari dan langit sesuram wajah gadis sibiran tulang patah hati, akulah cahaya yang takut menyentuh sehelai rambut di tubuhmu ... terkutuklah keberuntungan yang pahit, minyak untuk mengurap, sementara menyusuri jalan-jalan imajiner lahan tempat 'mu' mencampakkan 'ku' seperti anak kucing kurus yang menggigil mandi di kayu. Lihatlah, aku mengeong, kegelapan mengguyurku seperti susu basi membara, menjilatku dengan lidahnya yang kesat kaku.

Cikarang, 12 April 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline