(1)
Bintang purba melemparkan quark ke Bumi dan menghancurkan gerbang depan menelan kaca jendela. Angin ikut masuk membakar semua yang ada dalam rumah. Orang-orang tidur di lantai bangun berdiri tak bisa berkata-kata, mengenakan celana panjang dan topi villa tidur.
(2)
Di atas atap gerombolan kelelawar menukik terjun ke bawah. Namun sarangnya terbakar cahaya dan tak ada yang membuka saluran percakapan sejak badai berlalu. Siapa yang mendengar kata-kata kacau balau dalam kode morse cepat? Meskipun mustahil cahaya melepas pakaian dari laci setinggi dada di lemari hingga saluran mesin cuci langsung keluar dari tubuh. Lalu angin bertiup kencang bagaikan lautan yang berhamburan ke pantai dan api yang berangin bertahan selama menit panjang tak merambah ataupun surut. Orang-orang melangkah satu-satu melalui jendela rumah yang terbuka ke jalan. Ddi mata satu orang seekor kuda terbalik, terbakar. Seekor anjing muncul merayap pergi.
(3)
Terdengar letusan parau tembakan, sepeda motor tergagap, seorang wanita mengendarainya, rambutnya dipotong pendek di sekeliling wajahnya. Tak punya mata, tapi mulutnya penuh dengan kata-kata hitam kecil yang tertempel di tempat mata seharusnya berada. Mengapa angin menanyakan pertanyaan tersulit? Apakah es mencair kembali ke laut atau apakah pembekuan terus berlanjut hingga ke dasar palung berpasir?
(4)
Waktu berlalu sebelum pria kedua mencabut setitik karbon pensil dari matanya dan mencicipinya sehingga kuat menantang cahaya yang tersisa dari api rumah, kaca yang hilang, lautan yang membeku, dan wanita sepeda motor dengan kata-kata untuk visi misi. Bulan mengangkat kelelawar dari atap seolah menariknya dengan benang pancing. Kalau kamu mendengar cicit kelelawar di rumahmu, kamu ... kamu masih punya rumah.
Cikarang, 9 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H