Dia telah mengumpulkan perbekalan selama beberapa lama: kain, benang, gunting, dan lem. Lem yang kuat. Dia membutuhkannya.
Semua orang memakai masker penutup wajah. Sulit untuk mengingat seperti apa rupa orang tanpanya.
Seiring berjalannya waktu, penutup wajah menjadi lebih besar, menutupi lebih banyak bagian wajah. Tak seorang pun ingin menunjukkan kulit aslinya, hanya mata yang tetap nyata.
Tren papier-mch awalnya lambat, tetapi sekarang semua orang melakukannya. Masker papier-mch lengkap, dengan mulut tertutup dan celah untuk mata. Ada yang membuatnya tampak seperti wajah aslinya, ada pula yang punya satu untuk setiap kesempatan: masker untuk ke kantor, masker untuk pesta, masker untuk kencan. Setiap dia pergi ke supermarket setidaknya ada dua orang memakai masker The Rock.
Ketika dia membuat yang pertama, dia ingin itu menjadi sehebat mungkin; dia sengaja membuat hidungnya panjang dan lancip, menambahkan tindik hidung, dan tato di dahi.
Tapi itu tidak pernah cukup. Dia selalu menginginkan lebih.
Kemudian dia melihat kucing mati di pinggir jalan. Bulu oranyenya yang indah mengingatkannya pada seekor kucing yang pernah dimilikinya.
Dia membawanya pulang dan mengupas kulitnya, menjadi lapisan yang bisa dia gunakan untuk menempelkan lem.
Dia mulai menempelkan bulu kucing di bagian-bagian kecil. Sungguh menakjubkan betapa lamanya waktu yang dibutuhkan, seperti lapisan rumput yang menempel di kulitnya, sehingga wajahnya tertutup seluruhnya.
Kemudian dia menggunakan kumis kucing untuk membuat bulu mata yang menyembunyikan matanya.