Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Monolog tentang Tanganmu

Diperbarui: 15 Januari 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

guitar.com

Aku tidak ingat banyak tentang dirimu, tentang kita. Aku pikir mungkin aku telah melupakan semuanya.

Maksudku, aku ingat wajahmu. Bagaimana tidak? Dan, dan... aku ingat ... tangan.

Aku ingat tangan. Aku ingat tanganku menyentuh tanganmu dan tanganmu menyentuh wajahku, rambutku,. Aku ingat bagaimana kamu membelai tanganku, menelusuri garis telapak tanganku dengan ibu jarimu hingga aku tertawa dan menepismu. Ingat ketika duduk di kursi bioskop dengan lenganmu melingkari bahuku dan tanganmu membelai rambutku meskipun kemudian kamu memberitahuku bahwa kamu tertidur ketika aku bersandar pada bahumu.

Suatu kali, kamu menghabiskan waktu lama hanya untuk membelai tanganku. Aku ingin mengingatnya, katamu. Setiap detailnya. Dari sisa kuku yang tergigit, dicat biru tengah malam, hingga kapalan di ujung jariku yang bergesekan dengan gitar. Kamu juga sering melihatku bermain gitar, ingat?

Aku duduk di kursi di kamarmu dan kamu akan duduk di lantai kayu yang mengilap tanpa permadani dan dingin di musim hujan, tetapi tidak apa-apa karena kamu bilang kamu dapat menatapku dengan lebih baik dari bawah sana. Dan kamu menyaksikan tangan kiriku meluncur di leher gitar, bagaimana jari-jari ditekuk dan diputar agar sesuai dengan fret, bagaimana tangan kananku bergerak naik turun, menggenggam pick di antara jempol dan jari telunjuk.

Lalu kamu tertawa dan mengambil gitar dariku dan berpura-pura memainkannya, terdengar sangat buruk tapi itu adalah nada yang luar biasa.

Aku tidak pernah memberitahumu hal ini, tapi saat kamu menghapal tanganku, aku menghapal wajahmu. Kamu menatap ke bawah begitu saksama, bahkan kamu tidak melihatku. Tidak masalah karena sungguh, itu agak menyeramkan. Aku memandangi setiap rincian wajahmu, betapa matamu berkerut saat tertawa, betapa gelapnya namun begitu penuh cahaya.

Bagaimana mungkin bisa seperti begitu? Bagaimana mulutmu tertekuk bahkan ketika kamu tidak tertawa dan betapa meskipun kita masih muda kamu sudah memiliki garis tawa di sekitar mulutmu yang biasa aku tertawakan dan memanggilmu 'orang tua.'

Aku ingin mempelajarimu, untuk menanamkan wajahmu ke dalam pikiranku sehingga aku dapat melihatnya ketika sedih dan memikirkan tentang tangan kita dan bagaimana tangan-tangan itu menyatu dengan baik, dan mengapa tidak lagi menyatu?

Kini ada ruang kosong di antara jari-jariku dan cat birunya terkelupas. Unjung jariku terasa lembut karena aku tidak bisa bermain gitar tanpa memikirkanmu. Dan tanganmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline