Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Apel

Diperbarui: 3 Agustus 2023   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim (by leonardo.ai)

Aku tahu kok, kalau apel itu beracun.

Gadis bodoh, bisik orang-orang saat aku berjalan melintasi pasar, mengangkat kepala, menolak bersembunyi di dalam puriku.

Begitu lugu, begitu percaya, begitu konyol untuk menerima apel itu dan menggigitnya.

Aku mengabaikan tatapan penuh belas kasihan mereka.

Mereka tidak tahu seperti apa rasanya.

Dia sangat cantik, dan dia tersenyum sangat ramah, dan aku pikir kami bisa bahagia. Sebagai satu keluarga bahagia, sekali lagi. Kemudian Ayah mangkat dan tinggallah kami berdua, dan senyumnya hilang.

Aku berusaha keras untuk mendapatkan senyum itu kembali. Menyapu lantai? Ya, Ibu. Membersihkan kandang? Tentu saja, Ibu. Apa pun yang Ibu inginkan. Lihatlah, aku bahkan bisa bernyanyi dengan baju compang-camping ini. Tersenyumlah padaku, Ibu.

"Kamu harus memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia,'" dia nerteriak dan berjalan pergi dengan jubah yang berputar-putar.

Aku jatuh merosot ke lantai batu dan menangis.

Ketika aku melarikan diri, aku berpikir, bahkan setelah itu, bahwa dia tidak bersungguh-sungguh. Dia tidak sungguh benar-benar membunuhku. Dia tidak benar-benar menginginkan jantungku. Bukankah aku keluarganya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline