Kita pergi ke galeri bersama-sama, tetapi ketika melangkah melewati pintu, tangan kita terpisah dan kita berkelok-kelok menyusuri selasar yang terpisah. Beginilah cara kita: bepergian bersama tetapi mengikuti dua jalur. Di jalan-jalan pasar aku mencari kopi gourmet sementara kamu mengikuti hidungmu ke roti yang paling harum.
Di laut, kamu akan berlama-lama di dekat permukaan cerah yang berwarna-warni sementara aku menyelam ke warna biru dan ungu yang lebih dalam. Saat mendaki aku akan mencari tempat teduh sementara kamu mencari matahari.
Akhir-akhir ini, aku bertanya-tanya apakah kamu akan pergi selamanya suatu hari nanti. Kini aku mendapati diriku memata-matai kamu di galeri.
Pertama kali aku menemukanmu, kamu berdiri di depan lukisan seorang perempuan tua. Rasanya aku akan mengganggu percakapan serius , melihat tatapan kamu yang saling mengunci. Aku tak berani menyela.
Lain kali dia menemukanmu jauh di lautan labirin tangga bergaya M.C. Escher. Kamu jatuh ke dalam spiral waktu dan ruang, dan saat itu aku yakin aku takkan bisa mendapatkanmu kembali. Aku sama sekali tidak berani bergerak.
Terakhir kali aku menemukanmu berkeliaran di lanskap perbukitan yang jauh. Tubuhmu begitu kecil di depan, seolah-olah dia menghilang ke dalam hamparan beludru hijau. Aku bahkan tak berani bernapas.
Tapi ketika kamu berbalik dan mata kita bertemu, senyummu terbuka seperti bukit, membentang seperti tudung hutan hujan, dan mencair seperti lautan.
Dan ketika aku bertanya "Ke mana sekarang?" kamu meremas tanganku dan berkata, "Ayo kita mengembara pulang."
Bandung, 25 Juni 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI