Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

CMP 95: Setidaknya Matahari Masih Bersinar

Diperbarui: 4 Juni 2023   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami bertemu di Cikapundung, hanya sepelemparan batu dari sungai, untuk minum kopi.

Matahari bersinar. Kerumunan orang yang mencari jajanan di kaki lima, berpakaian santai untuk jalan sore. Setiap meja di kedai kopi kecil terbuka itu terisi.

Singkatnya, itu adalah hari yang indah di Bandung.

Sambil minum kopi, aku dan Ghea memutuskan apa yang akan kami lakukan sesuai jatah sore ini.

Aku menunjukkan kepada Trish sketsa kotak semai yang ingin kubuat.

"Itu untuk tulip, kan?" dia berkata.

"Satu untuk tulip, satu untuk skorskie." Umbi tulip dari Turki dan labu permata yang eksotis benihnya kami selundupkan dari sana tahun lalu. Di rumah, kami memiliki kotak berisi berbagai umbi dan biji, menunggu untuk dientaskan.

"Bagaimana menurutmu?" aku bertanya.

"Tarik jalurnya, pindahkan kotak pok choy. Aku punya ide untuk penyemaian di antara pok choy dan jalan. Aku pikir kita harus mengubahnya menjadi padang rumput jepang mini."

Itu ide yang bagus. Kami punya benih untuk menggantikan medley bunga liar yang tumbuh subur selama bulan-bulan musim kemarau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline