Kami berjalan secepat yang kami bisa, tetap dalam diam. Sarafku tegang dan telingaku siaga menangkap suara yang tidak biasa, tetapi satu-satunya suara yang bisa kudengar hanyalah detak jantungku yang berdentum seperti gendang di telinga.
Aku memecahkan keheningan terlebih dahulu. "Jadi, kita akan mencari mobil yang keren, kan? Aku suka ide itu."
"Kita di sini bukan untuk belanja. Masuk ke kota sangat berisiko. Tujuan kita masuk, mendapatkan apa yang kita butuhkan, dan keluar secepat mungkin., mengerti?" kata Surya tanpa menoleh.
"Ya, aku mengerti."
Seragam kamuflase tentara menempel di punggungnya yang berkeringat. Aku berharap dia membiarkanku menggantiannya menggendong Keiko.
Kami berjalan sekitar satu menit sebelum langkah kaki terdengar di belakang kami. Aku berbalik, siap bertarung. Saat aku memicingkan mata karena sinar matahari yang menyilaukan, aku melihat dua sosok di kejauhan, berlari lurus ke arah kami. Pikiran pertama saya adalah melarikan diri, tetapi kemudian aku sadar. Zombie tidak bisa berlari secepat itu. Siapa mereka?
"Cepat, bawa Keiko!" Surya menyerahkan kakak kami kepadaku dan mengeluarkan pistolnya.
Aku hanya bisa melihat rambut yang panjang, jadi aku pikir kami didekati oleh perempuan. "Sepertinya dua orang perempuan lari dari sesuatu. Turunkan pistolnya, Sur!"
Mengabaikanku, Surya tetap mengacungkan moncong pistol ke arah pendatang.