Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Badai Takdir (Tujuh Belas)

Diperbarui: 19 April 2023   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Sarritha membiarkan pikirannya pergi entah ke mana. Butuh beberapa saat tetapi dia berhasil mengosongkan benaknya. Akhirnya Thozai berkata, "dalam darahmu mengalir jiwa seorang pejuang dan bukan hanya seorang penjaga kerajaan. Kamu tahu semua yang perlu kamu ketahui. Senjatamu adalah sekutumu yang terpercaya dan kudamu adalah teman terbaikmu. Alam sekitar adalah pelindungmu."

Thozai mengulanginya berkali-kali hingga suaranya terdengar memudar. Kemudian, seolah-olah angin sepoi-sepoi, dia nyaris tidak mendengarnya. "Kamu tahu ke mana harus pergi."

Sarritha merasa dirinya melayang di malam hari dia. Kegelapan meneyelimuti  di sekelilingnya, tapi dia tetap tenang.

Lalu semuanya berubah dengan sangat perlahan. Kegelapan menjadi terang dan segala sesuatu di sekitarnya sedang dibentuk menjadi sesuatu.

Dia berada di tengah ladang dengan rumput panjang, tetapi rumputnya mengering. Angin sepoi-sepoi dan matahari terasa lembut di kulitnya. Lalu Thozai muncul entah dari mana.

"Di mana kita?" tanyanya mulai khawatir.

"Tenang," jawabnya dengan suara lembut sambil melihat ke cakrawala. Sepertinya badai sedang terjadi di kejauhan. Sarritha menarik napas dalam-dalam dan melihat bahwa badai itu mereda. "Bagus," Thozai tersenyum. "Ayo, kita akan jalan kaki."

Dia menarik lengan Sarritha dan mulai berjalan.

"Kita mau kemana?" tanya gadis itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline