Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Pakaian untuk Bayi

Diperbarui: 23 Maret 2023   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.undispatch.com/trump-admin-just-made-life-harder-moms-moms-literally-no-good-reason/

Aku melihat mereka saat berjalan menuju tenda yang aku tempati bersama emak dan adikku. Dua lelaki berpakaian sedemikian rupa sehingga kamu bisa tahu bahwa mereka bukan dari sini: celana jeans biru, kemeja hitam pas badan, sepatu bot hitam, dan apa yang tampak seperti rompi antipeluru.

Mereka pasti bukan dari sini. Sepatu bot mereka sendiri menjadi petunjuk bahwa mereka bukan dari sini. Hanya Wak Amat yang memakai sepatu di sini. Meskipun dia hampir tidak pernah melepasnya, itu sama seperti mengenakan payung dengan lubang-lubang besar. Di malam hari ketika dia berbaring di atas tikarnya di tempat terbuka, anak-anak kecil akan memasukkan kerikil melalui lubang sepatunya. Dia membolehkan mereka melakukannya. Itu adalah permainan yang dia nikmati, sama seperti mereka.

Saat aku berjalan ke arah laki-laki yang berdiri bersama Emak, mereka menoleh ke arahku. Aku tidak yakin apakah itu karena kebisingan yang kubuat dengan menyeret kakiku, terbebani oleh berat kehamilanku atau apakah Emak telah menunjukkanku.

"Ah, kamu adalah Icah. Senang bertemu denganmu," kata yang berkacamata.

Aku tidak dapat mengingat namanya. Dia selalu penuh tawa. Dia sangat baik. Yang berkacamata.

Mereka datang untuk berbicara tentang bayiku. Dia bahkan bertanya apakah aku punya nama untuknya. Tidak ada yang menanyakan itu padaku. Maksudku, mengapa mereka bertanya ketika masih saja menghakimiku?

Dia selalu tersenyum. Bukan senyum dibuat-buat yang dimiliki para relawan LSM ketika mereka datang pada hari Minggu untuk memberi jatah susu untuk ibu dan anak.

Tidak, tidak. Dia memiliki senyum pengertian. Seolah-olah dia pernah hamil sebelumnya. Seolah-olah dia dipaksa telentang di lantai oleh tiga aparat, kakinya terbuka lebar. Seolah-olah dia pernah hamil sebelumnya dan tidak diketahui siapa di antara ketiga laki-laki itu yang merupakan bapak bayinya.

Aku melihat kemarahan di matanya ketika aku memuntahkan kemarahan dan kasih sayang ketika aku mengharapkan kasih sayang.

"Lihat aku, jangan lihat ke kamera," lanjutnya berkata seolah ada sesuatu keajaiban di matanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline