Pintu masuk dan keluar dari pandangan Gumarang sampai dia tiba di selasar ruang operasi. Kepala bagian bedah harus berada di salah satu ruangan ini, atau begitulah kata perawat. Mungkin perawat itu telah menipunya. Pegawai rendahan karena takut kehilangan pekerjaan sering berbohong untuk melindungi atasan mereka. Jika dia melakukan itu, maka dia akan merasakan balasannya!
Semua ruang operasi ditutup. Selasar gelap dan sunyi. Dia merasakan gelap semakin medekat. Dalam kemarahannya karena menyadari hal ini, dia meninju salah satu pintu ayun dalam jangkauannya yang menyebabkan pintu itu terbang ke dalam dan memecahkan beberapa benda kaca yang menghalangi jalannya. Seorang perawat lain yang melewati bagian depan selasar berlari ke ruang perawat setelah melihat ini, semakin mengobarkan amarahnya. Dia mengejar dan menangkapnya, menjatuhkannya ke lantai.
"Di mana kepala operasi?" dia berteriak ke wajah perwata malang itu.
"Aku ... aku tidak tahu ..." perawat itu terisak dan mulai menangis.
"Sialan! Di mana dia! Katakan padaku sebelum aku mematahkan lehermu!!"
Ketakutan setengah mati, perawat tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis yang justru membuar Gumarang semakin tak terkendali emosinya. Dia mengangkat kepalan tangannya untuk meninju wajah mungil perawat yang merintih itu. Sebuah kekuatan dari belakangnya menahan lengannya dan kemudian dia merasakan dua atau tiga pria menariknya ke belakang ke dinding.
"Seseorang memanggil penjaga!" seru salah satu pria itu dan membuat Gumarang mengamuk untuk menjauh dari mereka.
Pukulan ke perutnya tidak lebih dari membuatnya gusar saat dia mengayunkannya ke segala arah, mendaratkan tinjunya ke setiap bagian tubuh pemegangnya. Genggaman mereka padanya mengendur, dan dia lepas.
Dia telah kehilangan hasrat untuk menemui ahli bedah. Sekarang yang bisa dia pikirkan hanyalah keluar dari sana. Dia harus menemukan seseorang untuk menghibur kesengsaraannya. Dia harus keluar dari rumah sakit ini!