Kehebohan ChatGPT akhirnya membuat raksasa teknologi Google 'panas' juga. ChatGPT adalah chatbot yang diluncurkan oleh OpenAI pada November 2022 dan didukung Microsoft.
Kegagalan Google di bidang media sosial media melalui orkut (2004 -- 2014), Google Wave (2209 -- 2010), Google Buzz (2010 -- 2011), Google+ (2011 -- 2020), Currents (2020 -- 2022), membuat perusahaan ini bertekad untuk tak mau kalah lagi.
Sebelum tertinggal jauh, Google mengumumkan akan segera meluncurkan 'Bard' chatbot bertenaga AI.
Menurut Google, sekarang adalah eranya Kecerdasan Buatan berperan dalam membantu manusia. Dua tahun lalu, Google mengembangkan kemampuan bahasa dan percakapan generasi mendatang yang didukung oleh LaMDA (Language Model for Dialogue Applications, Model Bahasa untuk Aplikasi Dialog).
Didukung oleh LaMDA, Google membangun layanan AI percakapan eksperimental, yang diberi nama Bard. Mulai hari ini, Bard masuk tahap pengujian yang dilakukan penguji terpilih sebelum membuatnya tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang.
Menurut Sundar Pichai, CEO Google, dalam utas twit-nya tadi pagi (waktu Jakarta), umpan balik dari penguji dan pengujian internal Google sendiri untuk memastikan tanggapan Bard memenuhi standar tinggi kualitas, keamanan, dan landasan Google. Bard akan membuatnya lebih luas dalam beberapa minggu mendatang.
Secara teoritis, Bard seharusnya mampu mengalahkan ChatGPT karena data yang dikuasai Google sangatlah besar, skala peta-petabyte.
Sebagai penulis fiksi ilmiah (dan cenderung memberi peringatan tentang bahaya teknologi dengan fiksi genre dystopia), keberadaan AI memang memudahkan hidup manusia, sekaligus membuat beberapa pekerjaan manusia menjadi obsolete.
Apakah chatbot berbasis Kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Bard akan menjadi ancaman bagi kelangsungan berbagai profesi seperti pendidik dan juga penulis? Waktu yang akan menjawab.