Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Peramal

Diperbarui: 26 Januari 2023   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://parade.com/1285597/michelle-parkerton/best-tarot-card-decks/

Jika aku tidak selektif memilih tentang kebenaran, apakah pengunjung masih akan meletakkan uang di tangan yang berubah-ubah antara keputusasaan dan keniscayaan? Ketika gambar-gambar terbentuk di udara, memberi petunjuk tentang nasib mereka, aku ingin menangkap rasa sakit dan kekecewaan dan menguncinya dalam sebuah kotak.

Seorang wanita datang mencari kepastian dari kartu, putranya mengikuti di belakang. Saat menyusun kartu, aku mencoba untuk tidak menatap bocah itu. Wajahnya lebih putih dari taplak mejaku. Angka kematian seimbang di atas kepalanya, berkedip lima belas. Arang menodai lekukan angka lima, abu bertebaran di bahunya, pencabut nyawa pasti sudah menanti di sisi tempat tidurnya. Aku menahan keinginan untuk menanyakan usianya.

Sang ibu duduk memajukan kursinya, mengetukkan kakinya sesuai dengan jam di dinding.

Dia memperhatikan tanganku. Mata kami bertemu dan sekilas pengertian melintas di antara kami.

Aku mengungkapkan simbol harapan untuk ibu, menceritakan tentang penyelarasan bintang, cerita yang ingin dia dengar. Hembusan napas lega melingkar di udara, ketegangan dari tubuhnya leleh ke kursi saat dia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal.

Anak laki-laki itu berbalik untuk membisikkan terima kasih dan jari-jariku membelai kartu Kematian yang selalu tertinggal di bawah tumpukan.

Bandung, 26 Januari 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline