Ferdi Syaukan. Umur 10 tahun, bulat gendut, berambut kemerahan, wajah sangar, tampak seperti anak yang bermasalah. Dulu anak yang sulit.
Dia kejam, egois dan suka bertengkar, sifat yang dia warisi dari orang tuanya.
Ibunya Maisye dan bapaknya Kunen Syaukan sebetulnya tidak menginginkan seorang anak dan cenderung memenuhi keinginan Syaukan muda daripada memenuhi kebutuhannya.
Bapaknya adalah seorang konglomerat pengembang properti, meskipun beberapa orang mengatakan dia memiliki hubungan dengan dunia bawah tanah dan polisi korup yang berlangsung setidaknya satu generasi, dan bahwa dia menghasilkan uang dengan cara yang jauh dari legal.
Catatan dari para penculik berbunyi:
Untuk tebusan anak kalian, letakkan satu milyar uang kertas seratus ribuan dalam kantong plastik sampah hitam bekas di dalam lubang pohon mahoni besar yang terbakar disambar petir di persimpangan jalan pada jam dua pagi pada hari Selasa.
Jam dua pagi pada hari Selasa, para penculik pergi ke pohon dan hanya menemukan catatan dari orang tua Ferdi, yang isinya:
Yang kalian maksud pohon ini? Ada pohon lain yang terbakar tepat di seberang lapangan rumput. Pohon yang mana? Kami akan membayar tidak lebih dari dua ratus juta.
Catatan selanjutnya dari para penculik berbunyi:
Tentu saja pohon ini. Ini pohon mahoni. Pohon di seberang lapangan rumput adalah pohon bidara. Dan itu jauh dari persimpangan jalan. Delapan ratus juta kalau begitu. Taruh di pohon mahoni yang terbakar ini tengah malam hari Senin.