Himawal menggigil karena terpesona dengan idenya sendiri. Langit musim kemarau berwarna biru sejuk tak bertepi pagi itu.
Suatu saat, dia mengetahui susunan kimiawi langit itu, mampu memahami ketidakterbatasannya. Triknya adalah tidak menganggapnya sebagai peregangan menjauh selamanya darinya, tetapi sebagai gelembung bola.
Kini dia mendapatkan pandangan baru. Sepertinya inspirasi itu terdengar sebagai diagram Venn pandimensional.
Dia mengambil Poetic Edda yang lusuh dari lantai di samping tempat tidurnya. Asgard, Odin, Hella, Jotunheimr: dua belas ranah alam semesta yang hidup berdampingan. Dewa-dewa Nordik bermain-main dengan ruang dan waktu.
Satu millenium silam, seorang penyair majenun telah membayangkan multisemesta, sebelum ilmuwan mana pun dapat memformulasikannya.
Bandung, 10 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H