Bahkan jika lelaki di luar melambaikan tangan, aku terlalu lemah untuk balas melambai atau bahkan tersenyum. Sebenarnya dia sedang mengelap jendelaku. Selama berminggu-minggu aku menjadi terbiasa dengan nyanyian dan nada deringnya. Bayangannya lewat beberapa kali sehari.
Aku berada di lantai enam. Dia tidak punya tali, tidak ada platform, tidak ada tangga, hanya seorang istri yang melakukan tugasnya dan seorang putra yang tak bergana yang dia keluhkan kepada semua orang.
Aku ingin dia berhenti. Terlalu banyak burung menabrak kaca. Aku pikir dia tidak akan pernah pergi.
Kemudian ketika hujan pertama di bulan September dia benar-benar melambai padaku dan bangkit untuk bergabung dengan kawanan malaikat yang bermigrasi.
Aku bisa melihat di matanya betapa enggannya dia meninggalkanku.
Aku tidak sedih, kok. Aku tahu dia hanya akan pergi jika dia yakin aku tidak akan pergi.
Aku tahu bahwa di musim kemarau dia akan mencoba kembali ke tempat yang sama. Dia meninggalkan sidik jarinya di kaca.
Aku tak tidak bisa menghapusnya.
Bandung, 10 Januari 2023
Sumber ilustrasi