Kamu membuat alasan untuk tidak minum pil.
Kamu terpaksa berbohong, karena perawat sedang mengawasimu, memutar kedua bola matanya yang, perutnya yang sakit kuning menggembung seperti bayi laki-lakimu yang belum diberi nama ketika meninggal di pangkuanmu.
Bangun dari siklus malam tanpa tidur, kamu menatap buaian berdebu menyublim menjadi tarian yang terdistorsi, suara merengek yang hidup, sungguh tak tertahankan.
Kamu berlari dengan rambut lepek berkibar seperti sedang kebakaran hutan.
Kamu tidak akan mengakui bahwa pikiran telanjangmu adalah ruang psikiatri lain tanpa jendela, tetapi dinding dan kursi bergema dipaku ke lantai. Secara kompulsif, kamu mendengarkan, dan mendengar anak-anak cekikikan dari dalam liang telingamu.
Cikini, 18 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H